Antariksa adalah ruang tiga dimensi tanpa batas tempat objek dan kejadian memiliki posisi dan arah relatif. Ruang fisik sering kali dipahami dalam tiga dimensi linier, meskipun fisikawan modern biasanya menganggapnya, bersama waktu, sebagai bagian dari kontinuitas empat dimensi tanpa batas yang dikenal sebagai ruangwaktu (spacetime). Konsep ruang dianggap sangat penting untuk memahami alam semesta fisik. Namun, masih ada perdebatan di antara para filsuf mengenai apakah ruang itu sendiri merupakan entitas, hubungan antara entitas, atau bagian dari kerangka konseptual.
Perdebatan tentang sifat, esensi, dan cara keberadaan ruang sudah ada sejak zaman kuno; misalnya, dalam tulisan-tulisan seperti Timaeus karya Plato, atau dalam refleksi Socrates mengenai apa yang disebut oleh orang Yunani sebagai khôra, atau dalam Fisika karya Aristoteles (Buku IV, Delta) yang mendefinisikan topos, atau dalam konsep geometris tempat sebagai ruang qua ekstensi dalam Discourse on Place dari polimatik Arab abad ke-11, Alhazen. Banyak pertanyaan filsafat klasik ini dibahas pada masa Renaisans dan kemudian dirumuskan kembali pada abad ke-17, terutama selama perkembangan awal mekanika klasik. Menurut pandangan Isaac Newton, ruang bersifat absolut—dalam arti bahwa ruang itu ada secara permanen dan independen dari apakah ada materi di dalamnya. Filsuf alam lainnya, terutama Gottfried Leibniz, berpendapat bahwa ruang sebenarnya adalah kumpulan hubungan antar objek, yang ditentukan oleh jarak dan arah antara satu sama lain. Pada abad ke-18, filsuf dan teolog George Berkeley mencoba membantah “visibilitas kedalaman ruang” dalam Essay Towards a New Theory of Vision. Kemudian, metafisikawan Immanuel Kant menyatakan bahwa konsep ruang dan waktu bukanlah konsep empiris yang diperoleh dari pengalaman dunia luar—melainkan elemen dari kerangka sistematis yang sudah ada, yang dimiliki dan digunakan oleh manusia untuk menyusun semua pengalaman. Kant merujuk pada pengalaman “ruang” dalam Critique of Pure Reason sebagai bentuk intuisi murni a priori yang bersifat subyektif.
Pada abad ke-19 dan ke-20, para matematikawan mulai memeriksa geometri yang non-Euclidean, di mana ruang dipahami sebagai melengkung, bukan datar. Menurut teori relativitas umum Albert Einstein, ruang di sekitar medan gravitasi menyimpang dari ruang Euclidean. Uji eksperimen terhadap relativitas umum telah mengonfirmasi bahwa geometri non-Euclidean memberikan model yang lebih baik untuk bentuk ruang.